TEKS BERJALAN

KECERDASAN TANPA KEPEDULIAN ADALAH OMONG KOSONG, KEPEDULIAN TANPA KECERDASAN SAMA SAJA DENGAN MENYIKSA DIRI SENDIRI... MARIA TAKKE KRISTIANTO SABADI ARMAN ASIH RIYADI MARIYANI GANDUNG TUTUT SUGIARTO SUBARJONO SUPARTI LESTARI DIKA ISKANDAR WALUYO CANDRA SATIAWAN SUKENDRO YULI ASTUTI SRI UTARI AVALUNA APRIYANI MARYONO RINI YULI ASTUTI PRANOWO TUTIK PUTRO WATI SARWONO VIGUR YUDHISTIRA RUSDIYANTO TUNGGAK SEMI ISMARYANI NIRMALA PUTRI FAIZIN DESIANA RATRI WULANDARI YUNI RATNASARI YUKI YUSMILANDA FERI FIRMANSYAH SUWARTONO SUHARYANTI TIKA RATNA SARI MUJIONO PERTIWININGSIH WULAN ARIF ITIS ARI SETIAWAN

Minggu, 04 Desember 2011

Sebelum kau halal..



Duhai kamu yang tercipta dari tulang rusukku. Di belahan Bumi manapun kamu berada. Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga terindah sekalipun. Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, tersempurna, dan tertinggi. Bagiku dirimu salah satu dari semua itu, karenanya kau tak membutuhkan persamaan. JangAn pernah biarkan aku menatapmu penuh, karena akan membuatku mengingatmu. Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu. Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku. Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari. Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh Lumpur. Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci. Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung. Ada ingin tapi tak ada henti. Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh. Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku karena sucimu kau pertaruhkan. Mungkin kau tak peduli Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku bila kau kalah. Dan tak lebih dari wanita biasa. Jangan pernah kau tatapku penuh Bahkan tak perlu kau lirikkan matamu untuk melihatku. Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang yang masih kotor. Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas. Meniru laku para ustadz, meski hatiku lebih kotor dari lumpur. Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi. Karena toh kau hanya manusia - hanya wanita. Beri sepenuh diri pada sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati membawamu ke hadapan Tuhanmu. Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi. Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah. Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah. Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci. Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas. Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati. Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini. Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu, yang kau bangun dengan segala kekhusyu’an tangis do’amu. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya. Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah. Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kau pilih, seperti kisah seorang wanita suci di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi. Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta dalam setiap denyut nadi kita. ^___^ .

Senin, 31 Oktober 2011

my small articles for women .. by.Desi




Wanita
Wanita dalam Kehidupan
Dalam pandangan agama islam, wanita adalah makhluk yang paling di hormati, wanita dijaga oleh risalah islam dan di muliakan oleh syariatnya yang suci. “Sesungguhnya wanita berada dalam kedudukan yang terhormat dalam kehidupan”. Namun terlihat pada kehidupan masyarakat saat ini yang mengenyampingkan wanita. Sangat miris memang, saat melihat situasi yang terjadi saat ini. Tidak lain adalah saat melihat realita kehidupan yang dialami oleh para wanita. Apakah sebenarnya faktor yang menjadikan kehidupan wanita penuh dengan gonjang-ganjing alur cerita kehidupan?, apakah karena wanita mempunyai sisi sifat yang berbeda dengan kaum laki-laki?, ataukah karena segi intelektualitas yang dimiliki tidak lebih dari laki-laki ?. Faktor itu sangat perlu adanya telaah, bahwa wanita tidak selamanya lemah dalam sifat ataupun dalam itelektualitas. Karena semenjak jaman kartini hingga kehidupan sekarang membuktikan bahwa wanita bisa memperoleh pendidikan, serta bekerja. Bisa dikatakan ternyata wanita dalam kehidupan mempunyai tanggungjawab yang lebih besar dari laki-laki.

Wanita dan Intelektual
Mempunyai intelektual yang tinggi sangatlah diinginkan oleh setiap orang, bukan hanya laki-laki, namun wanita pun bisa mempunyai intelektual yang tinggi. Karena dalam konteksnya wanita pun mempunyai hak memperoleh pendidikan selayaknya kaum laki-laki. Ilmu dalam pandangan islam merupakan amal yang paling utama, tidak ada yang memungkirinya, kecuali orang bodoh atau sombong. “Semua nash dalam al-qur’an, kitab dan as-sunnah menganjurkan agar kita menuntut ilmu, baik laki-laki maupun wanita”. setelah kaum wanita memperoleh “ beauty” dalam segi fisik, maka ilmu dalam segi intelektual lah yang menjadi nilai plus bagi wanita, sehingga terpancar iner beauty yang sesungguhnya. Wanita yang mempunyai intelektual, akan menaikan integritas derajat wanita di mata masyarakat, namun wanita juga perlu mengetahui batas-batas selayaknya menjadi seorang wanita. Intelektual untuk wanita sangatlah lah diperlukan untuk melawan arus modernisasi saat ini. Maka wanita tidak lagi di pandang sebelah mata oleh masyarakat, tidak lagi hanya menjadi penyamping kehidupan, karna sesungguhnya wanita mempunyai intelektual dalam jati dirinya yang perlu dipandang, ketika ia terus memacu keintelektualannya yang akan membawa perubahan dalam dirinya. 

"the sun and the women will become one" :)



1. Wanita dan Tipu Daya Musuh , Dr. Abdullah bin Wakil Asy-syaikh, hal 29
2. Wanita dan Tipu Daya Musuh , Dr. Abdullah bin Wakil Asy-syaikh, hal 47

Sabtu, 29 Oktober 2011

FALSAFAH BAMBU

pring reketeg gunung gamping ambrol,
ati kudu teteg ja nganti urip ketakol….
pring reketeg gunung gamping ambrol,
uripa sing jejeg nek ra eling jebol….

pring deling, tegese kendel lan eling…
kendel marga eling, timbang nggrundel nganti suwing
pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg…
rejeki seret, rasah dha buneg
pring ori, urip iku mati….
kabeh sing urip mesti bakale mati
pring apus, urip iku lampus…..
dadi wong urip aja seneng apus-apus
pring petung, urip iku suwung….
sanajan suwung nanging aja padha bingung
pring wuluh, urip iku tuwuh…
aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh
pring cendani, urip iku wani…
wani ngadepi, aja mlayu marga wedi
pring kuning, urip iku eling….
wajib padha eling, eling marang Sing Peparing

pring iku mung suket,
ning omah asale seka pring,
usuk seka pring,
cagak seka pring,
gedhek iku pring,
lincak uga pring,
kepang cetha pring,
tampare ya mung pring….
kalo, tampah, serok, asale seka pring….
pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring….
mangan enak, mancing iwak, walesane ya pring…
jangan bung, aku gandrung, jebule bakal pring…

nek ngono pancen penting, kabeh sing nang nggon wit pring
pancen penting tumraping manungsa sing dha eling
eling awake, eling pepadhane, eling patine, lan eling Gustine…
wong urip kudu eling, iso urip seka pring
tekan titi wancine ya digotong nganggo pring
bali nang ngisor lemah, padha ngisor oyot pring
mulane padha eling, elinga Sing Peparing….

ora bakal bubrah marga iso melur…
kena dinggo mikul, ning aja ketungkul
urip kuwi abot, ja digawe abot…
akeh repot, sak trek ora amot
mulane uripmu aja dha kaku….
melura, pasraha, ra sah dha nesu
aja mangu-mangu ning terus mlaku…
sanajan ro ngguyu aja lali wektu
kowe bakal bisa urip rekasa….
ning kudu percaya uga sregep ndonga
Gusti paringana, luwih pangapura…
marang kawula ingkang kathah lepat lan dosa
aja nggresula, aja wedi
dudu kowe, ning Gusti sing mesti luwih ngerti….
ngatur urip lan mati,
nyukupi rejeki,
paring tentreming ati,
cukup sandang pangan papan,
bakal mukti pakarti….

Jumat, 28 Oktober 2011

kesejukan

" Ya Rabb. . .
Engkaulah Pemilik rahasia
Engkaulah Penggenggam hati manusia
Pada Mu segala nafas
... Bagi Mu setiap jejak langkah
berlabuh semua duka lara, rasa sedih dan kecewa
tidak ada yang luput dari Mu, tidak ada yang lepas pengawasan Mu
betapa tidak berdayanya aku dalam keMahaKuasaan Mu
betapa lalainya aku merasa bebas dari catatan Mu
sungguh bodohnya aku merasa aman dalam penyimpangan
betapa jahilnya aku merasa benar dalam pengkhianatan
Ya Rabb. . .
apalah artinya diriku di sisi Mu
apalah yang mampu membelaku selain Mu
tidak ada yang dapat ku banggakan dalam bingkai mahligai Mu

Maafkan aku jika sering mengeluh, Bimbinglah aku untuk slalu bisa bersyukur atas Rahmat Mu. . .
Amin. . . ^_^

Rabu, 26 Oktober 2011

PILIHAN CINTA

Terkadang kita mendapatkan cinta yang tak terduga, dengan cara mencintai orang yang sangat berbeda satu sama lain.. ada yang ingin memiliki, ada yang cukup hanya melihat dari jauh, ada pula yang ingin membuat cintanya bahagia... apapun itu, memang itulah cinta....
Bagaimanapun kau mencintai, memang itulah hak yang kau miliki... Hanya satu hal yang perlu diingat...renungkan dan pikirkanlah..

Apakah caramu mencintai, adalah yang terbaik bagi yang kau cintai? Sebelum kau berkata "inilah yang terbaik yang bisa kulakukan." atau kau berpikir "aku melakukan semua ini untuk dan demi dia ?"

Jangan kau pertaruhkan cinta dan perasaanmu Untuk suatu pikiran yang sombong dan sok tau Dimana terkadang kau akan mendapatkan akibat penyesalan Yang menyakitkan dan menyesakkan dada
Bila kau bicara tentang perjuangan cinta Jangan pernah membandingkan perjuanganmu dengan yang lain.. Boleh saja kau melihatnya sebagai contoh Namun jangan melihatnya sebagai patokan. 
Karena perjuanganmu, adalah perjuanganmu.. Ceritamu adalah ceritamu...
Kau akan merasa lebih berharga Ketika kau telah menyelesaikan satu bab lagi dalam buku kehidupanmu 
Apapun hasil cintamu, Anggaplah sebagai satu lagi pengalaman hidup yang kau punya Entah yang mengalir air mata bahagia, atau tetesan penderitaan, Paling tidak, kau mendapat satu warna lagi di kehidupanmu..
Jangan pernah ragu untul menangis, nikmatilah penyesalan, Karena hidup ini memang hasil dari pilihanmu sendiri... 
Air mata, bagaimanapun bentuknya...Mencerminkan ketulusan jiwa yang sangat berharga... Tiap tetesan seharusnya mencerminkan kejujuran yang tiada tara...

Maka jangan pernah kau remehkan air mata.. Karena ada saatnya dia kau butuhkan untuk melanjutkan hidup...
Indahnya hidup, Bukan didasarkan pada berapa banyak kebahagiaan yang kau raih Atau berapa banyaknya pengalaman mencengangkan yang kau punya 
Indahnya hidup, Adalah dimana kau merasakan dan bisa menghargai apa yang ada...Mencoba meraih apa yang bisa dan ingin kau raih...

Melangkah di tiap-tiap cobaan dengan tabah Dan bila kau beruntung, Mendapatkan apa yang dinamakan cinta dan ketulusan sejati dalam hidup....
-----------------------
KEPALA KECU.. dari berbagai sumber

Kamis, 20 Oktober 2011

Kebijaksaan Cendol

oleh : Emha Ainun Najib

Karena akan menerima tamu dari Thailand, maka Kyai itu merasa harus menyuguhkan Jawa. Segala yang nampak pada Pondok Pesantren yang dipimpinnya, sebenarnya relatif sudah mengekspresikan tradisional Jawa. Potret desa, model-model bangunan dan irama kehidupannya. Sang Tamu besok mungkin akan mendengarkan para santri berbincang dalam bahasa Arab atau Inggris. Tapi itu bukan masalahnya. Yang penting Kyai kita ini tidak akan mungkin menyediakan Coca Cola ke depan hidung tamunya dari tanah Thai itu.

Demikianlah akhirnya sekalian Santriyah yang tergabung dalam Qismul Mathbah (Departemen Dapur) bertugas memasak berbagai variasi menu Jawa. Dari sarapan grontol, makan siang nasi brongkos, malam gudeg, besoknya pecel, lalu sayur asem dengan snack lemet dan limpung.

Sang Kyai sendiri "cancut tali wondo" mempersiapkan suguhan siang hari yang diperkirakan bakal terik. Ia dengan vespa kunonya melaju, membawa semacam tempat sayur yang besar. Empat kilometer ditempuh, dan sampailah ia ke warung kecil di tepi jalan. Seorang Bapak tua penjual cendol. Sang Kyai sudah memperhitungkan waktunya untuk sampai pada bapak cendol ini pada dinihari saat jualannya. Yakni ketika stock masih melimpah.

Terjadilah dialog dalam bahasa Jawa krama-madya.

Masih banyak, pak ?
Masih Den, Wong baru saja bukak beberan

Alhamdulillah, ini akan saya beli semua. Berapa ?
Pak Cendol kaget, Lho, Jangan Den ! Jawabnya spontan

Sang Kyai pun tak kalah kagetnya : Kok Jangan ?
Lho, Kalau dibeli semua, bagaimana saya bisa berjualan ?

Sang Kyai terbelalak. Hatinya mulai knocked-down, tapi belum disadarinya.
Lho, kan saya beli semuanya, jadi bapak nggak perlu repot-repot berjualan lagi disini hari ini.

Pak Cendol tertawa dan sang Kyai makin terperangah.
Orang jualan kan untuk dibeli. Kalau sudah laku semua kan malah beres ?

Pak Cendol makin terkekeh.
Panjenengan ini bagaimana tho den ! Kalau dagangan saya ini dibeli semua, nanti kalau orang lainnya mau beli bagaimana ! Mereka kan tidak kebagian !

Knock-Outlah Sang Kyai
Ia terpana. Pikirannya terguncang. Kemudian sambil tergeregap ia berkata : Maafkan, maafkan saya pak. Baiklah sekarang bapak kasih berapa saja yang bapak mau jual kepada saya.

Seperti seorang aktor di panggung yang disoraki penonton, ia kemudian mendapatkan vespanya dan ngeloyor pulang.
Sesampainya di Pondok ia langsung memberikan cendol ke dapur dan memberi beberapa penugasan kepada santriyah, kemudian ia menuju kamar, bersujud syukur dan mengucapkan istighfar, lantas melemparkan tubuhnya di ranjang.

Alangkah dini pengalaman batinku gumannya dalam hati. Sembahyang dan latihan hidupku masih amat kurang. Aku sungguh belum apa-apa di depan orang luar biasa itu. Ia tidak silau oleh rejeki nomplok. Ia tidak ditaklukan oleh sifat kemudahan-kemudahan memperoleh uang. Ia terhindar dari sifat rakus. Ia tetap punya dharma kepada sesama manusia sebagai penjual kepada pembeli-pembelinya.

Ia bukan hanya seorang pedagang. Ia seorang manusia !

ROBOHNYA SURAU KAMI - AA Navis (1956),

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum.

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggalah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi.

Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.

Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek, "Pisau siapa, Kek?"
"Ajo Sidi."
"Ajo Sidi?"
Kakek tidak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang2-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin berkelakukan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebut pemimpin katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek akan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi, "Apa ceritanya, Kek?"
"Siapa?"
"Ajo Sidi."
"Kurang ajar dia," Kakek menjawab.
"Kenapa?"
"Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggoroknya."
"Kakek marah?"
"Marah? Ya kalau aku masih mudah, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal."

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi Kakek, "Bagaimana katanya, Kek?"
Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku, "Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?"

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya sendiri.
"Sedari mudaku aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. 'Alhamdulillah' kataku bila aku menerima karunia-Nya. 'Astagfirullah' kataku bila aku terkejut. 'Masya Allah', kataku bila aku kagum. Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."

Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku. "Ia katakan Kakek begitu, Kek?"
"Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."
Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku aku mengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa cerita Ajo Sidi yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita lagi.


"Pada suatu waktu,' kata Ajo Sidi memulai, 'di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan 'selamat ketemu nanti'. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
'Engkau?'
'Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.'
'Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.'
'Ya, Tuhanku.'
'Apa kerjamu di dunia?'
'Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.'
'Lain?'
'Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.'
'Lain?'
'Segala tegah-Mu kuhentikan, Tuhanku. Tak pernah aku berbuat jahat, walaupun dunia seluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang dihumbalangkan iblis laknat itu.'
'Lain?'
'Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.'
'Lain?'

Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum dikatakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.

'Lain lagi?' tanya Tuhan.
'Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.' Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.

Tapi Tuhan bertanya lagi: 'Tak ada lagi?'
'O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.'
'Lain?'
'Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang aku lupa katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah yang Mahatahu.'
'Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?'
'Ya, itulah semuanya, Tuhanku.'
'Masuk kamu.'
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

'Bagaimana Tuhan kita ini?' kata Haji Saleh kemudian, 'Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.'
'Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,' kata salah seorang di antaranya.
'Ini sungguh tidak adil.'
'Memang tidak adil,' kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
'Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.'
'Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.'
'Benar. Benar. Benar.' Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
'Kalau Tuhan tidak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?' suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
'Kita protes. Kita resolusikan,' kata Haji Saleh.
'Apa kita revolusikan juga?' tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
'Itu tergantung pada keadaan,' kata Haji Saleh. 'Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.'
'Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,' sebuah suara menyela.
'Setuju. Setuju. Setuju.' Mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan Tuhan bertanya, 'Kalian mau apa?'
Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya: 'O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, memprogandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.'

'Kalian di dunia tinggal di mana?' tanya Tuhan.
'Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.'
'O, di negeri yang tanahnya subur itu?'
'Ya benarlah itu, Tuhanku.'
'Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?'
'Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.'
Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

'Di negeri di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?'
'Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.'
'Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?'
'Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.'
'Negeri yang lama diperbudak orang lain?'
'Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.'
'Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?'
'Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.'
'Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?'
'Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.'

'Engkau tetap rela melarat, bukan?'
'Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.'
'Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?'
'Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.'
'Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?
'Ada, Tuhanku.'
'Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!'

Semua pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang dikerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.
'Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?' tanya Haji Saleh.
'Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka kucar-kacir selamanya.

Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikitpun.' "


Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.
"Siapa yang meninggal?" tanyaku kaget.
"Kakek."
"Kakek?"
"Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur."
"Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.
Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

"Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi.
"Tidak ia tahu Kakek meninggal?"
"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis."
"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,
"dan sekarang ke mana dia?"
"Kerja"
"Kerja?" tanyaku mengulangi hampa.
"Ya, dia pergi kerja."

----------------------------------

Rabu, 19 Oktober 2011

LASKAR PELANGI


LASKAR PELANGI

Lirik Lagu Gita Gutawa Tak Perlu Keliling Dunia (OST Laskar Pelangi) Lyrics
Kapur putih yang pucat
Terasa penuh warna
Dan pelangi yang enggan datang pun 
berbinar
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Kertas putih yang pudar
Tertulis seribu kata
Dan ku ungkap semua yang sedang 
ku rasa
Dengarkanlah kata hatiku
Bahwa ku ingin untuk tetap disini
Tak perlulah aku keliling dunia
Biarkan ku disini
Tak perlulah aku keliling dunia
Karna ku tak mau jauh
Darimu
Dunia boleh tertawa
Melihatku bahagia
Walau ditempat yang kau anggap tak biasa
Biarkanlah aku bernyanyi
Berlari berputar menari disini
(Tak perlulah aku keliling dunia)
Tak perlulah aku keliling dunia
Karna kau disini
Tak perlulah aku keliling dunia
Kaulah segalanya bagiku
Di Duniaaa.. Aaa.. Aaa.. Aaa.. Aaa..
(Tak perlulah aku keliling dunia)
Tak perlulah aku keliling dunia
Kaulah segalanya bagikuuu. Uuu..
Di dunia.. 
LASKAR PELANGI
Lirik Lagu Christofer Nelwan Jari-Jari Cantik (OST Musikal Laskar Pelangi) Lyrics
apakah ini gerangan yang sedang ku rasakan
dunia seperti berputar, badanku bergetar
seperti ada kupu-kupu menari dalam perutku
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
siapakah engkau gerangan putri dari kayangan
jemarimu begitu cantik, hatiku tergelitik
seperti ada kupu-kupu menari dalam dadaku
reff:
aku mendengar suara berdenting, aling aling oh aling
mengalun bergantian merdu, aling aling oh aling
melagukan indah namamu
sudikah kau genggam tangan putri dari kayangan
jemarimu begitu indah, membuat hati gundah
seperti ingin menggubah seribu lagu untukmu
repeat reff
dalam tidur kan ku panggil namamu
LASKAR PELANGI
Lirik Lagu Sahabat Kecil (OST Laskar Pelangi) - Ipang BIP

Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Reff:
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Back to Reff:

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini


LASKAR PELANGI

LASKAR PELANGI (NIDJI)


mimpi adalah kunci
untuk kita menakhlukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya
laskar pelangi
tak kan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
selamanya…
cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita
laskar pelangi
tak kan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
selamanya
selamanya
LINTANG


Lirik Lagu Netral - Lintang (Ost. Laskar Pelangi)
Lintang 4 (empat) Lawang kali yeee...


Lintang… bujang kecil berkulit hitam
mengayuh kebut sepedanya
Dlapan puluh kilo setiap hari
demi sekolah yang tercinta

Lintang… harta karun terpendam
jenius kebanggaan kelas kita
segala ilmu segala pelajaran
gampang diserap dicerna

Kau mutiara
cahya pelita
bintang kejora
kami punya
Lintang… Lintang…

Senin, 17 Oktober 2011

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati
Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami Tapi semangat kami tidak akan pernah mati Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini
Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar
Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah Di malam hari, tanpa perlawanan Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami Tapi semangat kami tidak akan pernah mati Kami tidak akan menyerah Di Gaza malam ini